Dalam hidup sudah tentu kita akan di hadapkan kepada permasalahan permasalahan yang membuat kita merasa kesulitan. Permasalahan itu sering kali membuat kita merasa tak sanggup lagi mengatasinya, namun yakinlah Allah memberikan cobaan itu tak akan melebihi atas apa yang menjadi kekuatan kita, yang artinya Allah memberikan semua itu memang sudah sesuai dengan kekuatan dan kebutuhan kita, sekarang terserah kita bagaimana menyikapi hal tersebut? Kita melihatnya sebagai cobaan yang menguatkan atau hukuman yang mepercantik langkah kita dan atau kebalikan dari kedua pandangan tersebut.
Seorang yang cerdas dalam menghadapi masalah hidup adalah orang yang mampu melihat masalah dengan menggunakan suara hatinya yang fitrah "
Pakailah hatimu jangan otakmu ketika menghadapi maslah yang besar". sehingga berhasil atau tidaknya kita dalam menghadapi masalah sangatlah tergantung pada bagaimana kita mengendalikan hati kita dalam menyikapi setiap permasalahan yang muncul dalam hidup, semakin kita menata hati untuk menerima dengan penuh kepasrahan dan keleluasaan maka masalah itu akan terasa mudah dan ringan untuk di hadapi, begitupun sebaliknya.
Hari ini saya telah mendapat pelajaran yang amat berharga, terdapat sebuah kisah yang sangat menginspirasi saya,, di tempat saya bekerja terjadi sebuah kisah mengenai seorang karyawan dan kepala yang memimpin di tempat kami kerja. Seorang karyawan tersebut merasa kesulitan menghadapi masalah yang melilitnya saat itu, lalu suatu pagi dia mengisahkan keluh kesahnya kepada pimpinan, seorang pimpinan itu ternyata mengambil segenggam garam yang ada di dapur tempat kami bekerja, di masukkanlah garam itu kedalam sebuah gelas yang terisi air, lalu di aduk berlahan. " coba kamu minum air itu dan ceritakan pada saya bagaimana rasanya?",begitu kata pimpinan itu.
Dengan sedikit wajah yang aneh sang karyawan itu berkata " Pahit...., Pahit sekali pak.". Dengan sedikit tersenyum tanpa komentar pimpinan pun mengajak anak muda itu untuk berkeliling dan menuju kolam yang terdapat di kebun belakang, " mari kita keluar dan menikmati udara segar di luar sana" ujarnya. dan akhirnya sampailah mereka di bawah pohon yang rindang dengan daun melambai - lambai tertiup angin di pinggir kolam yang luas di kebun belakang bangunan tempat mereka bekerja.
pimpinan itu kembali mengeluarkan garam yang tadi memang di persiapkannya, lalu di taburkanlah kedalam kolam itu lallu di aduk aduk yang menimbulkan gelombang gelombang kedil di kolam yang luas berair jernih itu. "Sekarang minumlah sedikit air dari kolam itu" perintah pimpinan itu. saat anak muda itu selesai meneguk air yang di ambilnya dengan tangan dan sedikit di usapkanya juga air itu kemukanya. Pimpinan itu kembali bertanya "Bagaimana Rasanya ?"
"Segar..!!" sahut karyawan itu. "Apakah kamu rasakan garam di dalam air itu?" tanya lagi pimpinan itu. "Tidak pak, saya tak merasakan garam itu ada di dalam air yang saya minum tadi, rasanya masih tetap segar" jawab sang karyawan. pimpinan itu lalu menepuk punggung anak muda itu sambil membungkuk untuk mengajak duduk sang karyawan. " Anak muda dengarkanlah. Pahitnya kehidupan itu adalah layaknya segenggam garam itu, tak akan lebih dan tak akan kurang. jumlah dan rasa pahitnya akan sama, dan memang akan selalu tetap sama.Tapi, Kepahitan itu akan didasarkan pada wadah yang kita miliki. Begitu juga dengan kepahitan hidup akan didasarkan pada seberapa besar perasaan kita sebagai tempat kita meletakkan masalah tersebut. Untuk menghadapi kepahitan hidup itu agar tak menyiksa jiwa kita, jalan satu satunya yang bisa kita lakukan adalah dengan mengikhlaskan serta melapangkan dada kita,luaskanlah hati kita untuk menampung semua masalah yang telah kita hadapi"
"Nah Hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu . Kalbumu adalah tempat menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas. Jadikan laksana kolam yang luas itu untuk meredam semua kepahitan yang datang menghampirimudan mengubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan" Begitulah nasihat pimpinan itu dengan duduk berhadapan di samping kolam yang luas itu.
" Iya pak saya sedikit mengerti sekarang" kata anak muda itu sambil beranjak kembali kedalam ruangan bersama sang pimpinanya itu. hari itu sang karyawan telah mendapat pelajaran yang sangat baik dan sang pimpinan telah memberikan ungkapan yang sangat bijak bahwa apabila hati kita dibuat seluas samudra maka siapapun boleh berenang didalamnya, siapapun dapa merasakan kaindahan dan kenikmatan bertamasya disamudra itu. Jika
hati kita seluas samudra maka persoalan yang muncul akan tersa sangat kecil dan mudah untuk mengatasiya. masalah tak akan mudah di dramatisasi namun akan terlewati dengan pwnuh keikhlasn, keluasan dan menerimanya dengan lembut. namun jika hati kita buat sesempit sempitnya maka masalah itu akan terasa besar dan membuat kita sangat sakit dan akan buntu dan menimbulkan maslah masalah yang baru dan persoalan itu akan terasa berat.
Hati adalah tempat kita memilah dan memilih. Luaskan hati seluas samudra, berlayarlah didalamnya dengan lembut serta bahagia.
»» SELANJUTNYA...